Pada zaman salafus shalih pernah terjadi kenaikan harga pangan sangat tinggi. Masyarakat pun mengadukan kondisi ini kepada salah seorang ulama di masa itu, yaitu Abu Hazim Salamah bin Dinar V (seorang ulama kota Madinah yang wafat 133 H). Beliau ditanya,
يَا أَبَا حَازِمٍ أَمَا تَرَى قَدْ غَلَا السِّعْرُ
“Wahai Abu Hazim, tidakkah engkau tahu bahwa harga barang semakin mahal?’
Maka beliau menjawab,
وَمَا يَغُمُّكُمْ مِنْ ذَلِكَ؟ إِنَّ الَّذِي يَرْزُقُنَا فِي الرُّخَصِ هُوَ الَّذِي يَرْزُقُنَا فِي الْغَلَاءِ
“Lalu apa yang membuat kalian resah dengan hal itu? Sesungguhnya Dzat Yang memberi rezeki kepada kita di saat harga murah, Dia juga yang akan memberi rezeki kepada kita di saat harga mahal” (Hilyatul Auliya, 3/239).
Demikianlah, para salafus shalih selalu mengembalikan segala kesulitan hidupnya kepada Allah Azza wa Jalla. Mereka sama sekali tidak resah dan bingung dengan harga-harga kebutuhan hidup yang semakin mahal, karena mereka meyakini bahwa semua ini tak terlepas dari kehendak Allah Azza wa Jalla dan ada hikmah di balik kondisi tersebut. Allah Maha Mengetahui segala yang terjadi serta terbaik untuk hambanya sehingga tak sepantasnya seorang mukmin mencela kondisi ini meski banyak perkara yang membuatnya sengsara. Saat itulah kita diuji akankah kita beriman dan yakin sepenuhnya akan ketetapan Allah.
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,
مَنْ رَضِيَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَهُ وَسَّعَهُ وَبَارك اللهُ فِيْهِ ,وَمَنْ لَمْ يَرْضَ يَسَعْهُ وَلَمْ يُبَارِكْ فِيْهِ
”Barangsiapa yang ridha terhadap apa yang menjadi suratan hidupnya, maka jiwanya akan merasa lapang menerima hal itu, dan Allah akan memberkatinya, namun barangsiapa yang tidak ridha maka pandangannya menjadi sempit dan juga Allah tidak memberkatinya.” (Tazkiyatun Nafs, hal. 107).
Sungguh menakjubkan prinsip hidup para salaf dahulu, ujian dunia dengan segala lika-likunya tak membuat goyah imannya, justru lebih memacunya untuk fokus mencari akhirat. Dalam pandangan mereka dunia ini medan ujian dan justru perkara-perkara yang menyulitkan akan berbuah pahala. Krisis ekonomi tak menjadikan stress karena tawakal mereka tinggi kepada Allah .
Fenomena kenaikan harga barang bahkan pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Disebutkan dalam riwayat, bahwa di zaman sahabat pernah terjadi kenaikan harga. Mereka pun mendatangi Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dan menyampaikan masalahnya. Mereka mengatakan:
يَا رَسُولَ اللّه غلا السِّعرُ فسعِّر لَنا
“Wahai Rasulullah, harga-harga barang banyak yang naik. Maka tetapkan keputusan yang mengatur harga barang.”
Mendengar pengaduan ini, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam menjawab:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمِسْعَرُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الرَّازِقُ وَإِنِّي لَآرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يَطْلُبُنِي بِمَظْلَمَةٍ فِي دَمٍ أَوْ مَالٍ
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang menetapkan harga, yang menyempitkan dan melapangkan rezeki, Sang Pemberi rezeki. Sementara aku berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku disebabkan kezalimanku dalam urusan darah maupun harta.” (HR. Ahmad 12591, Abu Daud 3451 dishahihkan Al-Albani).
Tatkala Rasulullah shalallahu alaihi wassalam mendapat laporan tentang kenaikan harga, yang beliau lakukan bukanlah menekan harga barang, namun beliau Rasulullah shalallahu alaihi ingatkan para sahabat tentang takdir Allah Azza wa Jalla, dan Allah Azza wa Jalla yang menetapkan harga. Dengan demikian mereka akan menerima kenyataan dengan yakin dan tidak terlalu bingung dalam menghadapi kenaikan harga.
Bagian penting yang patut kita yakini bahwa rezeki kita telah ditentukan oleh Allah Azza wa Jalla. Jatah rezeki yang Allah Azza wa Jalla tetapkan tidak akan bertambah maupun berkurang. Meskipun, masyarakat Indonesia diguncang dengan kenaikan harga barang, itu sama sekali tidak akan menggeser jatah rezeki mereka.
Allah menyatakan,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Andaikan Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. As-Syura: 27).
sumber : majalah HSI edisi 48
COMMENTS